IP

Selasa, 28 April 2009

Fokus Pada Tema

SUATU hari mentor saya menelpon. Saya senang sekali, seakan hari itu hari yang paling indah dari hari-hari yang ada. Kenapa? Karena hari-hari sebelumnya saya merasa tidak tahu kemana harus mengarahkan tulisan-tulisan saya. Yang saya ketahui hanyalah bahwa saya sedang berjalan entah kemana. Jika Anda mengikuti tulisan-tulisan saya yang muncul di pembelajar.com, sejak saya menjadi kolumnis tetap di sana, maka Anda akan menemukan pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan saya merupakan semacam gado-gado, dan itulah yang terhidangkan. Mula-mula saya menghidangkan es cendol, lalu kolak pisang, kemudian muncul pangsit. Dari motivasi sampai kesetaraan gender. Artikel-artikel tersebut tidak tersusun rapi berdasarkan tema. Dan mentor saya menelpon untuk menghentikan saya dari ketidakfokusan saya pada tema. Dan tentu saja agar saya tidak tersesat.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena saya ingin menyampaikan lebih banyak daripada apa yang hendak saya bicarakan. Itulah ketidakfokusan saya. Jika saya selalu begini, saya tak akan sampai ke mana-mana. Potongan-potongan artikel yang ada tidak akan bisa disatukan. Karena tema-temanya bertebaran. Ini sangat merugikan, apalagi bagi seseorang yang dikenal menulis dengan tema tertentu misalnya tentang computer, kepenulisan, motivasi dan lain-lain.

Dalam menulis kita harus merencanakan tujuan tulisan kita. Terus melaju mengarah kepada tujuan. Tidak belok-belok ke kiri dan ke kanan. Tidak pula mampir ke sana ke mari. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Pikiran kita juga tidak terpecah-pecah, seperti yang dikatakan oleh Herbert Spencer: “ Jika pengetahuan tak tersusun, maka makin luas pengetahuannya, makin kacau pula pikirannya.”

Ketidakfokusan saya pada tema bukan saja didasari oleh karena ingin menyampaikan lebih banyak dari apa yang hendak saya bicarakan. Tetapi juga karena saya mengalami kemacetan dalam menulis, sehingga saya berbelok ke sana- ke mari. Mencoba tema lain daripada absen menulis. Saya tahu mentor saya mengingatkan saya agar fokus, karena dinilai saya telah gagal.

Segera setelah itu saya langsung membelokkan arah ke tujuan saya semula. Dan berusaha tekun di jalurnya, berada pada gagasan-gagasan dengan satu tema yang memungkinkan artikel-artikel itu nantinya senada seirama antara yang satu dengan yang lainnya. Bukankah lebih baik mengejar satu tujuan daripada berbagai tujuan sekaligus? Mungkin ini cocok dengan kasus saya. Meskipun banyak penulis-penulis lain yang mengejar berbagai tujuan sekaligus.

Agar saya ingat dan fokus pada tujuan penulisan saya semula, saya biasanya mengiming-ngimingi diri saya dengan sesuatu yang menyenangkan, misalnya es krim, setiap saya berhasil menyelesaikan satu tulisan. Biasanya ini berhasil jika saya mengalami kemacetan dalam menulis. Mau tidak mau saya harus berusaha demi kesenangan tersebut.

Apa motif terkuat yang menyebabkan kita berbuat atau melakukan sesuatu? Apapun motif kita sah-sah saja. Misalnya untuk mendapatkan uang, kesenangan, kehormatan atau keinginan untuk dikagumi. Temukan motif yang kita inginkan dalam menulis, niscaya kita akan bersemangat untuk meraihnya.

Saya pernah dinasehati oleh guru saya bahwa dalam hal menulis atau menyampaikan suatu berita hendaknya kita mengetahui betul sampai sedetail-detailnya masalah yang hendak kita bahas. Hal ini bukan berarti kita menulis atau menyampaikan semua apa yang kita ketahui tersebut tetapi hal ini untuk membuat lebih akurat suatu berita. Jika kita menulis sepuluh pokok permasalahan hendaknya kita harus mengantongi paling tidak dua puluh pengetahuan dari permasalahan tersebut. Kita tidak perlu menyampaikan ke duapuluh permasalahan tersebut karena nanti akan membuat kita tidak fokus terhadap apa yang kita bicarakan, karena masalah melebar kemana-mana.

Misalnya seorang jurnalis pun hendaknya harus mengetahui berita lebih banyak dari apa yang hendak ditulis. Dia harus mengorek keterangan dari seorang narasumber sebanyak-banyaknya dan mencari tahu tentang narasumber tersebut. Meskipun dia menulis lebih sedikit dari apa yang dia ketahui. Yang penting di sini adalah kefokusan dan kejelasan suatu berita.

Demikian juga ketika saya diminta sebagai pembicara. Saya harus menguasai betul apa yang hendak saya sampaikan meskipun nantinya saya tidak menyampaikan semua apa yang saya ketahui. Hal ini tentu saja untuk membuat saya fokus dan untuk menghindari permasalahan melebar. Kenapa saya perlu sekali mempersiapkan bahan secara berlebih yang diketahui kemudian hanya disimpan saja? Karena ini sebagai bahan untuk menghadapi segala pertanyaan dari peserta dan juga untuk menghadapi berbagai pendapat yang berbeda. Jadi dengan mempersiapkan diri seperti ini akan sangat membantu dan membuat saya tampak cerdas.

Demikianlah, selain fokus pada tema, kita juga harus fokus pada permasalahan yang hendak kita bahas agar tidak melebar kemana-mana, hanya dikarenakan kita mengetahui lebih banyak dari apa yang hendaknya kita tulis. (Eni Kusuma)

* Eni Kusuma adalah mantan TKW di Hongkong, penulis buku laris “Anda Luar Biasa!!!”, dan kini menjadi motivator. Ia dapat dihubungi di:
ek_virgeus@yahoo.co.id.

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Arsip

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More