IP

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 02 Juni 2009

Pemancing Cilik

PADA tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.

Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.

Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.

"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.

"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"

"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.

"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"

Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.

Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Sumber : artikelmotivasi.blogspot.com

Senin, 01 Juni 2009

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?

SEORANG Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Kekristenan itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.

“Tentu saja,” jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”

Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Minggu, 31 Mei 2009

Perbedaan Persepsi

ADA seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :

- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.

“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung :
“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut”.

“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”

“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama”.

Moral Cerita :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.

‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’

Sumber : motivasi.web.id

Sabtu, 30 Mei 2009

Siapa Bilang Kerja Ikhlas Bukan Investasi?

BELASAN tahun yang lalu …
Seorang mahasiswa bertubuh kurus kering mendatangi sebuah warung makan yang terletak di dekat kampusnya, UNPAD di jl. Dipati Ukur. Kampus sebuah perguruan tinggi negeri favorit di Bandung. Ibu pemilik warung yang memang biasa melayani para mahasiswa tersebut menyambutnya dengan ramah.

”Silahkan Dik, mau makan nasi pakai lauk apa?” tanyanya.

”Kalau sebungkus nasi harganya berapa Bu?” si mahasiswa balik bertanya.

”Lima ratus rupiah, Dik. Lauknya mau apa saja? Silahkan pilih”, jawab si pemilik warung.

”Kalau sepotong daging rendang harganya berapa Bu?” tanya si mahasiswa lagi.

”Dua ribu saja”, jawab si pemilik warung.

Si mahasiswa terlihat mengerenyitkan dahi dan berpikir. ”Kalau sayur lodeh jadi berapa Bu?” tanyanya lagi.

Begitu seterusnya si mahasiswa menanyakan satu persatu harga masakan yang ada di warung itu. Setiap kali diberitahu harganya, si mahasiswa terlihat terdiam sejenak dan terus menanyakan harga masakan lainnya yang ada di warung itu. Sementara sang pemilik warung berusaha menjawab satu persatu dengan sabar.

Sampai akhirnya si mahasiswa bertanya, ”Kalau kuahnya saja tanpa tanpa daging berapa Bu?”

”Oh, kalau kuahnya gratis, Dik”, jawabnya.

”Oh…., kalau begitu saya beli nasi satu porsi saja tetapi disiram kuah rendang atau kuah soto. Jadi hanya lima ratus rupiah ya Bu,” kata si mahasiswa sambil mengeluarkan uang lima ratus rupiah.

”Mohon maklum ya Bu, uang kiriman orang tua saya sangat terbatas. Sedangkan saya harus segera menyelesaikan skripsi saya yang membutuhkan banyak biaya. Jadi terpaksa harus ngirit”, katanya dengan nada malu-malu.

”Pasti mahasiswa ini berasal dari keluarga miskin yang tinggal di luar kota”, pikir sang pemilik warung. ”Tetapi dia pasti membutuhkan banyak gizi agar dapat cepat menyelesaikan skripsinya”, pikirnya lagi.

Sang ibu pemilik warung yang merasa iba lalu menyelipkan sepotong telur yang tidak terlihat di bagian tengah nasi yang dibungkusnya, sebelum menyiramnya dengan kuah rendang.

Keesokan harinya, si mahasiswa kembali ke warung tersebut. Dia hanya berkata dengan malu-malu, ”Beli nasi seperti yang kemarin, ya Bu. Disiram kuah rendang atau kuah soto…”. Lalu dia membayar lima ratus rupiah saja dan tidak berkata apa-apa lagi.

Begitu seterusnya. Setiap hari si mahasiswa pendiam memesan makanan yang sama dan si pemilik warung selalu tak pernah lupa menyelipkan sebutir telur, terkadang sepotong daging rendang ke dalam nasi yang dibungkusnya. Sang pemilik warung melakukan ini dengan hati yang ikhlas ingin membantu si mahasiswa miskin tersebut.

Setelah beberapa minggu berlalu, si mahasiswa itu tiba-tiba menghilang. Dia tidak pernah menampakkan diri lagi di warung itu. ”Mungkin dia sudah lulus menjadi sarjana dan kembali ke kota asalnya”, pikir sang pemilik warung. Sang pemilik warung pun melupakannya.

Belasan tahun kemudian…

Sang pemilik warung benar-benar sedang kalut. ”Hari ini adalah hari terakhir warung kita buka. Besok warung kita akan digusur karena ada pembangunan monumen xxxxxxxxx”, katanya kepada anak-anaknya sambil berlinang air mata. Anak-anaknya yang masih kuliah serta yang masih duduk di bangku SMA duduk diam terpaku merenungi nasib mereka.

”Ya, Tuhan…! Dengan apa aku harus membiayai sekolah anak-anakku setelah warung ini digusur?”, jeritnya dalam hati.

Semakin sesak perasaan hatinya, kala teringat uang tabungannya yang telah ludes untuk membiayai pengobatan rumah sakit anaknya yang bungsu. Tidak ada lagi uang untuk biaya membuka warung di tempat lain.

Tiba-tiba saja, sebuah mobil berhenti tepat di depan warungnya. Seorang pria berdasi yang tidak dikenalnya menghampiri dan berkata, ”Bu, besok warung ini akan digusur bukan? Apakah Ibu sudah memutuskan akan pindah ke mana?” tanyanya lagi.

”Belum, Pak…”, jawab sang pemilik warung dengan terbata-bata.

”Bagus! Kalau begitu, mulai besok Ibu bisa berjualan di kantin kami di gedung perkantoran xxxxxx”, katanya menyebutkan sebuah gedung perkantoran yang cukup megah di pusat kota Bandung.

”Tapi Pak, kami tidak mampu membayar biaya sewanya. Apalagi di gedung itu, pasti mahal sekali biaya sewanya”, kata sang pemilik warung.

”Ibu tenang saja … karena di sana Ibu tidak usah membayar sewa sama sekali. Tempat untuk Ibu berjualan sudah disediakan oleh Direktur perusahaan kami. Ibu boleh memakainya untuk berjualan makanan sampai kapan pun Ibu mau.”

”Haaahh…! Siapa direktur itu? Saya tidak punya kenalan direktur…”, kata sang pemilik warung dengan sangat terkejut.

”Saya sendiri tidak begitu mengenalnya… karena saya staf baru di perusahaan kami”, kata si pria tersebut. ”Tetapi Pak Direktur titip pesan, katanya dahulu sewaktu kuliah dia sangat menyukai telur dan daging rendang masakan Ibu. Mulai besok dia ingin makan masakan itu lagi di kantornya…”.

* * *
Dari peristiwa itu, saya bisa belajar satu hal bahwa kebaikan yang dijalankan dengan hati penuh ikhlas adalah investasi. Semua Investasi pasti akan menghasilkan. Investasi kebaikan saat ini akan menghasilkan kebaikan pula di kemudian hari, walau pun kita belum tahu wujud kebaikan yang akan terjadi nanti.

Dengan bekerja ikhlas kita tidak memperdulikan balasan atau pun imbalan dari perbuatan kita. Seperti matahari pagi yang tetap bersinar setiap pagi, tidak pernah mengharapkan sinarnya dipantulkan kembali kepada matahari.

Tetaplah bekerja dengan x-tra kerja ikhlas! Faktor X ke tiga dalam fondasi kesuksesan seseorang, seperti yang saya jelaskan pada buku unik bestseller ”8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit: Rahasia Dahsyat Meraih Impian”.

Ingatlah! Bahwa walau pun semua orang di dunia tidak peduli dan menutup mata terhadap apa pun keikhlasan yang kita perbuat, tetapi Tuhan akan selalu peduli dan tidak akan menutup mata Nya kepada keikhlasan hati kita.

Di saat yang TEPAT Dia akan memanggil malaikat Nya, ”Kat, Kat, malaikat…kasih BERKAT untuk orang yang ikhlas itu”.

Mengenai Faktor X ke tiga dari fondasi kesuksesan, yaitu x-tra Kerja Ikhlas, anda dapat membacanya lebih lengkap di buku “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. “Buku Ajaib” yang dapat mengubah hati banyak orang, demikian komentar banyak orang yang telah membacanya. [Victor Asih]

>> Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com

Jumat, 29 Mei 2009

Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak Atas Nama Cinta

SAAT anda membaca judul artikel ini gambar apa yang muncul di benak anda? Saya yakin yang muncul pastilah gambar, memori, atau film tentang kekerasan fisik yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak. Bisa jadi memori ini muncul karena anda pernah membaca, mendengar, melihat, atau mengalami sendiri bentuk kekerasan fisik ini. Atau mungkin yang muncul adalah gambar mental tentang kekerasan seksual pada anak.

Bagaimana reaksi anda bila melihat anak yang babak belur di(h)ajar orangtuanya atau yang mengalami pelecehan seksual?

Pastilah sangat sedih, kecewa, atau bahkan marah sekali. Bisa juga anda merasa begitu iba terhadap nasib si anak.

Nah, dalam artikel ini saya tidak akan membahas mengenai bentuk kekerasan seperti yang saya jelaskan di atas. Bentuk kekerasan di atas adalah yang tampak oleh mata. Ada bentuk kekerasan lain, yang justru jauh lebih kejam dan sangat-sangat negatif terhadap perkembangan diri anak, yang tidak tampak oleh mata.

Berbeda dengan luka fisik yang secara otomatis akan sembuh, walau mungkin akan meninggalkan bekas, luka (batin) akibat bentuk kekerasan ini tidak akan bisa mengering dan sembuh. Luka ini akan selalu terbawa menyertai hidup anak hingga ia dewasa, tua, dan meninggal, kecuali bila ia menyadarinya dan segera dilakukan intervensi untuk menyembuhkan luka ini.

Yang lebih menyedihkan lagi, orangtua yang tidak menyadari hal ini, sering menoreh luka baru di atas luka lama yang belum sembuh. Bisa dibayangkan betapa sakitnya.

Nah, apa sih bentuk kekerasan pada anak yang tidak tampak oleh mata?

Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut saya ingin menjelaskan mengapa saya menulis artikel ini. Ceritanya begini. Saya banyak melakukan terapi. Umumnya yang saya terapi adalah orang dewasa dengan berbagai masalah. Dari sekian banyak klien yang saya tangani, saat saya membimbing pikiran klien untuk mencari dan menemukan akar masalah mereka, dengan teknik terapi tertentu, lebih dari 95% masalah selalu berawal di masa kecil mereka, yaitu umumnya pada usia sebelum 7 tahun. Ada juga yang berawal di antara usia 7 – 10 tahun. Masalah yang paling sering saya jumpai adalah kekerasan emosi.

Nah, terjawab sudah pertanyaan di atas. Kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orangtua, yang tidak tampak oleh mata, adalah kekerasan emosi.

Kekerasan emosi didefinisikan sebagai segala sesuatu, yang dilakukan oleh orangtua, orang tua, termasuk sekolah, dan lingkungan, yang merusak harga diri atau citra diri anak.

Apa saja contohnya? Wah banyak sekali. Antara lain membiarkan anak kesepian, tidak ada kedekatan emosional, tidak memberikan anak sentuhan fisik, mengabaikan anak, menolak anak, mendiamkan anak, tidak berkomunikasi dengan anak, tidak mengijinkan anak mengungkapkan emosi yang ia rasakan, membuat anak merasa bersalah, memarahi anak dengan keras untuk hal-hal sepele, menyebut anak dengan sebutan “anak bodoh” atau “goblok”, atau tidak segera membantu saat anak diejek (bully).

Bentuk lain kekerasan emosi terhadap anak adalah saat orangtua menuntut anak menjadi anak yang manis dan sempurna menurut standar orangtua. Orangtua tipe ini beralasan bahwa mereka melakukannya karena demi kebaikan anak. Orangtua ini yang paling sering menggunakan kata “Jangan” dan “Tidak boleh” dan biasanya sangat menuntut (demanding). Mereka ingin anak bisa melakukan sempurna seperti yang mereka inginkan.

Tuntutan yang seringkali tidak masuk akal, karena tidak sesuai dengan usia anak, atau melebihi kemampuan anak untuk memenuhinya, membuat anak menjadi cemas dan akhirnya menutup diri.

Orangtua, yang biasanya memaksa anak berkembang menurut kecepatan yang tidak masuk akal, demi memuaskan ambisi dan nafsu pribadi, beralasan bahwa semua ini dilakukan demi kebaikan dan masa depan anak. Orangtua beralasan bahwa bila anak tidak di(h)ajar sejak dini, dengan berbagai les atau pelajaran, maka anak akan tertinggal dan akan sulit bersaing di masa depan.

Benarkah demikian?

Kekerasan emosi yang tejadi pada anak saat ini terjadi secara intens dan sistematis terutama di sekolah. Kurikulum pendidikan yang begitu berat, proses pembelajaran yang tidak membelajarkan dan tidak berpihak pada anak, tuntutan untuk perform, baik yang diminta oleh sekolah maupun oleh orangtua, atas nama cinta dan masa depan anak, membuat emosi anak kerdil dan akhirnya berhenti berkembang.

Seorang klien, sebut saja Bu Reni, marah besar saat ia merasa sekolah tempat putrinya menuntut ilmu tidak bisa mengajar seperti yang ia harapkan. Bu Reni tanpa banyak bicara langsung memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain yang ia rasa bagus.

Bagaimana hasilnya? Malah tambah parah. Di sekolah baru ini putrinya merasa semakin berat dan tersiksa. Begitu banyak PR yang harus dikerjakan dan setiap hari ada ulangan. Padahal putri Bu Reni baru kelas 4 SD.

Apa yang membuat Bu Reni marah besar dan memutuskan memindahkan anaknya ke sekolah lain?

Ternyata Bu Reni merasa malu karena putrinya kalah fasih berbahasa Inggris dibandingkan dengan anak temannya. Di sini tampak sekali bahwa keputusan yang ia buat untuk memindahkan putri lebih didasarkan pada gengsi semata dan bukan dengan pertimbangan demi kebaikan putrinya.

Saat ini Bu Reni pusing dan stress karena harus membantu dan menemani putrinya belajar setiap hari. Bu Reni merasa putrinya merampok waktu senggangnya. Tekanan yang dialami oleh Bu Reni akhirnya berimbas kepada putrinya juga.

Satu kasus lagi adalah seorang Ibu yang marah sekali dan berkata bahwa anaknya sangat bodoh karena tidak bisa menguasai bahasa dan tulisan Mandarin padahal sudah dileskan kepada guru yang sangat terkenal.

Saat saya tanya berapa usia anak Ibu ini saya mendapat jawaban yang sungguh mengagetkan dan memprihatinkan. Ternyata anak Ibu ini baru berusia 3 (tiga) tahun. Ini yang bodoh dan goblok apakah anaknya atau Ibunya ya?

Anak usia 3 tahun tidak butuh pelajaran Mandarin. Anak butuh bermain dan bermain. Mengapa? Karena dengan bermain anak akan berkembang. Anak butuh kasih sayang, perhatian, dan dukungan orangtua.

Sudah saatnya kita sebagai orangtua berani berkata jujur pada diri sendiri, “Apakah yang saya lakukan ini sungguh-sungguh demi anak ataukah sekedar demi memuaskan ego atau gengsi saya? Apakah yang saya lakukan ini benar-benar suatu kebaikan ataukah kekerasan yang dengan mengatasnamakan cinta?”

Yang lebih penting lagi adalah beranikah orangtua bertanya kepada diri sendiri, "Jika posisinya dibalik, saya menjadi anak dan anak menjadi saya, maukah saya diperlakukan seperti ini?". [Adi W. Gunawan]

Kamis, 28 Mei 2009

The PARIS Formula Untuk Sukses Anda

KALAU saya memiliki obat mujarab yang menjamin siapapun yang meminumnya pasti ditanggung 100% sukses, berapa Anda mau beli? Pasti berapapun Anda mau! Masalahnya itu adalah hal yang tidak mungkin. Sukses adalah perjalanan hidup yang tak seorangpun bisa menduga. Anda yang dilahirkan oleh keluarga sukses bisa saja mati dalam keadaan miskin. Sebaliknya, Anda yang dilahirkan miskin bisa saja mati dalam keadaan kaya raya dan bahagia. Bisa juga Anda dilahirkan oleh keluarga kaya raya dan mati dalam keadaan kaya raya dan bahagia pula. Kalau Anda termasuk yang ini, selamat! Anda benar-benar orang yang beruntung. Semoga saja, tidak satupun dari Anda yang dilahirkan miskin dan mati dalam keadaan miskin pula.

Jadi, terbuka peluang sukses bagi siapa saja! Anehnya, tidak banyak orang yang sadar akan peluang emas ini. Peluang emas? Iya, karena sukses bisa menjadi milik siapa saja, termasuk Anda! Tapi kalau demikian, konsekwensinya kegagalan juga bisa menjadi milik siapa saja? Iya, benar! Tapi itu bukan keahlian saya untuk mempersiapkan orang menjadi gagal. Saya memilih menjadi ahli dibidang mempersiapkan orang menjadi sukses. Jadi kita bicara bagaimana menyiapkan diri kita menjadi sukses saja.

Sukses bagi satu orang bisa berbeda ukurannya dengan orang lain. Ada yang mengatakan bahwa orang dikatakan sukses apabila mereka kaya raya. Itu benar. Ada juga yang mengatakan sukses adalah kalau kita menjadi orang yang terkenal. Itu juga bisa. Ada yang mengatakan bahwa sukses adalah bila kita memiliki kekuasaan. Itu juga tidak salah. Apapun definisinya, pada prinsipnya sukses adalah mendapatkan yang kita mau!

Dalam kesempatan ini saya akan membawa Anda untuk sukses melalui jalur PARIS, yang merupakan akronim dari Passion, Action, Result, Improvement, and Success. Mari kita bahas satu persatu.

Passion
Untuk sukses Anda perlu passion. Passion adalah suatu terminologi untuk menggambarkan seberapa besar kita ingin mendapatkan apa yang kita mau. Passion menunjukkan seberapa kita “bernafsu” atas apa yang kita mau, seberapa besar kita ingin mewujudkan apa yang kita mau, seberapa besar kita mau berkorban untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jadi passion akan mencakup motivasi, keteguhan, kesabaran, hasrat, kerelaan, keihlasan, imajinasi, dan keyakinan.

Passion yang kuat akan mendekatkan kita pada terwujudnya apa yang kita mau. Bahkan ada yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak dapat mendapatkan apa yang ia mau bisa jadi karena passionnya yang belum cukup kuat. Mari kita renungkan, seberapa kuat passion kita?

Action
Berapapun dekatnya suatu tujuan tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak memulai langkah pertama. Jarak ribuan kilometer terdiri dari selangkah demi selangkah yang akhirnya mendekatkan kita pada tujuan yang ingin kita capai. Jadi, jangan pernah berpikir kalau kita akan mendapatkan yang kita mau tanpa bergerak, tanpa berbuat, tanpa action! Action, action, dan action! Apa sih artinya cita-cita tinggi, persiapan dan perhitungan yang rumit, serta modal yang berlimpah apabila kita tidak bergerak untuk memulai? Banyak orang sukses justru langsung “action” saat mereka memiliki hasrat. Tanpa pertimbangan? Tanpa persiapan? Bukan begitu filosofinya. Tapi mereka memahami bahwa mereka bisa learning by doing. Percuma saja kalau cuma learning without doing.

Inilah apa yang disebut dengan the power of action. Langkah pertama Anda akan memperingan langkah berikutnya. Seperti halnya orang mengayuh sepeda, putaran pertama selalu lebih berat dari pada putaran berikutnya. Kalau sudah melaju, putaran berikutnya menjadi ringan, dan semakin lama semakin ringan. Demikian pula action. Berat memulainya tetapi bila sudah action, akan menjadi ringan dan akhirnya menjadi kebiasaan.

Result
Sukses adalah mendapatkan hasil. Tidak selalu hasil dalam bentuk uang, atau materi lainnya, namun bisa saja hasil dalam bentuk kepuasan batin dan bentuk yang tidak berwujud (intangible) lainnya. Dalam melangkah kita harus jelas apa hasil yang kita harapkan. Kita tidak bergerak berputar kesana kemari untuk sok sibuk saja, tetapi kita berbuat untuk mendapatkan hasil.

Agar kita mendapatkan hasil kita harus pandai-pandai membuat hasil mendekat kepada kita. Bukannya kita yang harus berjalan dan bertindak menuju hasil yang diharapkan? Iya benar. Namun kita juga bisa mendekatkan hasil yang berjalan kepada kita. Bagaimana caranya?

Beberapa cara dapat kita lakukan agar result mendekat kepada kita. Yang pertama adalah dengan cara berdoa. Berdoa? Kok klasik banget? Iya, memang klasik tetapi ini sangat ampuh, manjur, dan terbukti. Dengan berdoa kita akan selalu mengklarifikasikan apa yang kita mau. Kita akan memperjelas apa yang kita mau dari satu doa ke doa berikutnya. Doa berisi restatement of the goal. Jadi dengan berdoa kita semakin jelas dengan tujuan kita. Langkah berikutnya adalah dengan visualisasi, yaitu membawa tujuan yang akan kita capai seolah-olah ada di depan mata kita. Hal ini sudah banyak dilakukan orang dan terbukti kebenarannya. Cara yang ketiga untuk mendekatkan tujuan kepada kita adalah dengan masuk pada orbit yang benar, yaitu orbit dimana orang-orang yang memiliki tujuan sejenis berada. Kalau kita ingin menjadi penyanyi terkenal maka dekat-dekat dengan penyanyi terkenal akan mendekatkan kita pada tujuan, dalam arti tujuan mendekat kepada kita.

Improvement
Hambatan dan tantangan adalah sahabat orang sukses. Demikian pula kegagalan. Orang sukses justru sering gagal? Iya. Memang begitu. Tingkat kegagalan saya memasukkan bola ke gawang lawan lebih sedikit dibandingkan dengan David Beckham. Jadi David Beckam lebih banyak gagalnya dari pada saya. Mengapa? Karena saya tidak pernah bermain sepak bola, dan kalaupun bermain sepak bola termasuk orang yang tidak diperhitungkan. Sedangkan David Beckham bermain sepak bola hampir setiap hari sehingga dia mencoba memasukkan bola ke gawang lawan hampir setiap hari pula. Tentu saja banyak yang gagal, tetapi kalau dihitung yang berhasil? Tentu banyak pula yang berhasil. Disinilah kita harus memandang hambatan, tantangan, dan kegagalan dari kacamata yang berbeda. Kegagalan bukan untuk ditangisi tetapi untuk diperbaiki. It’s a matter of improvement!

Improvement akan memperbesar result, mempermudah action, dan memperkuat passion. Dengan demikian improvement bukanlah pekerjaan sekali, pekerjaan yang sekali dilakukan kemudian habis perkara. Bukan seperti itu. Perbaikan harus dilakukan berkesinambungan, terus menerus. Continuous improvement!

Success
Setelah melewati tahapan-tahapan yang diformulasikan dengan PARIS ini, sampailah kita pada sukses. Suskses adalah yang kita tuju. Setelah sukses kemudian apa lagi? Sukses harus melahirkan kesuksesan lainnya. Orang yang sukses dalam berbagai bidang bukan orang super, tetapi orang yang pandai melahirkan sukses kecil, kemudian menjadi kesuksesan kecil lainnya, dan terus beranak pinak menjadi suskses-sukses yang lain.

The PARIS Formula
Akhirnya passion, action, result, improvement, dan success telah kita lalui. Jalan menuju PARIS tersebut bukanlah jalan yang tak mungkin dilakukan oleh siapa saja. PARIS adalah milik semua orang yang mau sukses! Selamat, Anda salah satunya. [Agung Praptapa]

>> Agung Praptapa, adalah seorang dosen, pengelola Program Pascasarjana Manajemen di Universitas Jenderal Soedirman, dan juga sebagai konsultan dan trainer profesional di bidang personal and organizational development. Alumni UNDIP, dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana ke Amerika dan Australia, di University of Central Arkansas dan University of Wollongong. Mengikuti training dan mempresentasikan karyanya di berbagai universitas di dalam negeri maupun di luar negeri termasuk di Ohio State University, Kent State University, Harvard University, dan University of London. Agung Praptapa juga seorang entrepreneur di bidang konsultasi bisnis, pendidikan, elpiji dan minuman sehat. Alumni Writer Schoolen dan Trainer Schoolen. Website: www.praptapa.com; Email: praptapa@yahoo.com.

Daftar Arsip

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More